Beranda Kajian Ibadah Terukur di Bulan Ramadhan

Ibadah Terukur di Bulan Ramadhan

Marhaban yaa Ramadhan, kalimat itu yang sering kita dengar dan kita baca di status whasapp, tweeter, FB dan medsos lainnya.

Tidak sedikit kalimat itu dilengkapi dengan memejeng foto pribadi dengan berbagai ornamen Ramadhan yang isinya menggangungkan Ramadhan dan permohonan maaf akan memasuki bulan suci Ramadan.

Ghirah Ramadhan sangat luar biasa karena ibadah puasa Ramadhan adalah ibadah tahunan, yang datang setahun satu kali. Belum tentu tahun yang akan datang masih diberi kesempatan bertemu bulan suci Ramadhan, siapa tahu tahun depan Alloh mencabut umur kita.

Ramadhan tahun 1441 H, 2020 M berbeda dengan tahun tahun sebelumnya, semua perilaku dan perlakuan dalam rangka “mengais” prestasi ibadah “dipaksa” tidak boleh dilakukan seperti : shalat tarawih, tadarus al qura’an, itikaf di 10 malam terakhir, peringatan nuzulul qur’an, pesantren Ramadhan, buka dan saur Bersama.

Ramadhan tahun ini berbagai ragam ibadah tersebut harus dilakukan bersama keluarga dan di rumah masing masing, tidak boleh di masjid atau mushola, karena virus corona telah “membuyarkan” harapan mengukir prestasi ibadah selama Ramadhan.

Berbagai himbauan, larangan dan bahkan sanksi tegas akan diterapkan kepada siapa saja yang melanggar kebijakan penanggulangan dan pencegahan Covid 19.

Penerapan protokol kesehatan dalam rangka memutus mata rantai penyebaran covid 19, dilakukan mulai tinggkat pusat sampai tingkat RT. Kebijakan dan sanksi tersebut dilakukan dalam rangka menjaga jiwa dan raga agar terhindar dari wabah virus corona.

Bukankan menjaga jiwa/raga (hifdzun nafs) merupakan kewajiban manusia, dan merupakan 5 pokok Hukum Islam, disamping menjaga agama (hifdzud dinn), menjaga keturunan (hifdzun nasl), menjaga harta (hifdzul maal), menjaga akal (hifdzul aql).

Gegara virus corana atau covid 19, muncul istilah baru atau trend di tengah tengah masyakarat dengan istilah “Ramadhan di tengah pamdemi virus corana”.

Pelaksanaan ibadah puasa dari tahun ke tahun sesungguhnya tidak ada perbedaan apapun, yang membedakan hanya amalan amalan pendukung saja yang “dipaksa” di rumah saja, seperti tarawih di rumah saja, tadarus al quran, di rumah saja, mengurangi silaturahmi secara langsung, salam salaman cukup dari kejauhan atau video call.

Munculnya istilah belajar di rumah, bekerja di rumah dan ibadah di rumah, jangan sampai melahirkan kebiasaaan baru, nonton TV sampai ngantuk, ngobrol sampai ngantuk, keliling seputar rumah menghabiskan waktu, akhirnya tidur lagi dan tidur lagi.

Ibadah di rumah seharusnya memiliki target target yang sudah terncana dengan baik. Kalaupun belum, jangan pesimis, karena mulai hari ini kita bisa membuat program ibadah dengan target target yang bisa terukur (angka-angka).

Terdapat beberapa target ibadah yang harus kita lakukan akan terukur dan terkontrol dengan baik, diantaranya: Sholat tahajud 1/3 malam, keutamaan sahur mendekati waktu subuh, sholat 5 waktu bejamaah dengan keluarga, dzikir pagi siang dan malam, sholat dhuha, tilawah al quran, menghindari ngerumpi yang kurang bagus (gibah, khurafat, fitnah, dll), perbanyak shidaqoh, menser melalui medsos tentang hadist atau qur’an di grup atau ke keluarga, perbanyak dzikir/istigfar, buka puas dengan sunnah air putih dan kurma, mengikuti majlis ilmi (melalui online), membaca buku buku islam (diutamakan tentang kemulyaan Ramadhan.

Target ibadah tersebut, hanya contoh kecil saja, agar terukur dengan baik, buatlah daftar “target” tersebut di HP atau buat matrik di kertas agak besar tempal di pintu masuk kamar, agar terkontrol dan diingatkan apa sudah dilaksanakan atau belum.

Hal hal kecil tersebut dapat dilakukan dengan baik dan terkontrol, dan harus diyakini, bahwa Ibadah di rumah akan menambah khusu’ dalam beribadah dan akan meningkatkan target ibadah melebihi target tahun lalu.

Penulis Dr. H. Cece Hidayat, M.Si (Kepala kantor Kementerian Agama Kab. Pangandaran)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here