Bulan suci Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur’an, juga bulan yang didalamnya dilaksanakan sebuah ibadah sebagai bagian dari Rukun Islam yaitu berpuasa. Al Qur’an diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan (walaupun 5 ayat dari surat Al ‘Alaq), menamakan dirinya sebagai “petunjuk bagi manusia” (hudan li al-nas) dalam surat Al Baqarah [2] ayat 185. Kepada siapa Al Qur’an diturunkan, tentunya untuk mahluk Tuhan yang dinamakan manusia. Alquran menurut Manna’ Khalil al Qattan adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada baginda Nabi Muhammad saw, yang didalamnya terdapat unsur mukjizat serta mengandung unsur tahaddi, dan yang membacanya merupakan ibadah. Serta menjadi pedoman dan referensi bagi seluruh manusia. Demikian definisi Al Qur’an menurut salah satu Ulama Intelektual muslim ternama.
Puasa di dalam Al Qur’an, target optimal bagi manusia adalah menggapai taqwa. Sebagaimana disebutkan “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa,”QS Al- Baqarah [2] ayat 183. Secara definisi arti taqwa memang hanya terdiri dari beberapa kalimat saja, tetapi pada tataran impelementasi, arti taqwa tidak sesederhana yang kita bayangkan, taqwa merupakan sebuah kompleksitas dari seluruh tindakan dan amal perbuatan seseorang dalam beribadah kepada Allah SWT., (Achmad Rozi el Eroy, 2019).
Taqwa adalah salah satu hasil iman yang tulus dan otentik (Ahmad Syafii Maarif, 2017). Titik sentralnya adalah kepada Yang Maha Kuasa Allah SWT. Di dalam Al Qur’an sendiri lebih dari 2.500 kali disebutkan. Didalamnya disebutkan bahwa eksistensi Tuhan benar-benar fungsional – Dia adalah Sang Maha Pencipta, Pemelihara alam semesta dan isinya, terutama Dia sebagai Petunjuk kepada manusia dan yang akan menbgadili manusia nanti dengan penuh keadilan dan belas kasih (Fazlur Rahman, 1979).
Tuhan sejak awal selalu memberi kabar baik dan peringatan kepada manusia tentang hak dan kewajibannya. Nikmat yang diberikan Tuhan yang tak terhingga banyaknya merupakan sebuah hak bagi umat manusia. Adapun beribadah kepadaNya adalah sebuah kewajiban bagi umat manusia pula. Tetapi muncul sebuah problematika yang dihadapi manusia pada perkembangan selanjutnya. Manusia tergoda terhadap hal-hal yang dilarang oleh Yang Maha Kuasa. Sejarah kemanusiaan (Adam AS dan keluarga kecilnya) sejak diciptakan oleh Tuhan kehidupan umat manusia penuh godaan.
Godaan ini salahsatunya menjadi pemicu munculnya problem implementasi taqwa pada TuhanNya. Tentunya sangat berpengaruh pada kondisi internal jiwa kemanusiannya untuk selalu istiqomah dalam menggapai taqwa. Berbagai media untuk menggapai taqwa sejalan beriringan dengan godaan untuk berbuat dosa. Fa alhamaha fujuraha wa taqwaha, yakni maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya (QS. As-Syams [91] ayat 8). Manusia jatuh pada dua pilihan ini, oleh karena itu manusia harus selalu ikhtiar dan memilih untuk tidak melanggar aturan-aturan yang telah Allah SWT., tentukan.
Bulan Ramadhan tahun ini mari kita jadikan media pembelajaran efektif untuk membulatkan niat ibadah dengan sungguh-sungguh yang selama ini mendapat gangguan dalam mengimplementasikan bentuk ketaqwaan kepada Sang Maha Pencipta. Mandatory Ramadhan adalah panen pahala yang berlipat ganda. Fungsionalitas Tuhan Allah Yang Maha Bijaksana begitu sangat nyata, dengan otoritasNya. Sebagaimana disabdakan Nabi, “Likulli hasanatin bi’asyri amtsalihim sab’u miah dhi’fun illas shaum, fainnahu li wa ana ajzi bihi” (Setiap amal kebajikan dibalas dengan 10 sampai 700 pahala, kecuali puasa “untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya” -dengan mengutip kata Tuhan). Wallahu a’lam bi al-shawab*. Penulis H. Nana Supriatna Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Pangandaran