Beranda Kajian Seorang ‘Alim Dimata Allah

Seorang ‘Alim Dimata Allah

“Janganlah anda bersahabat dengan orang yang keadaannya (perbuatanya) tidak menggerakkan anda dan perkataannya yang tidak menunjukkan anda terhadap Allah”

Dari pada akhlak yang harus dimiliki setiap ‘alim (orang berilmu) ialah tawadlu’ dan tidak ‘ujub. Tawadlu’ merupakan sikap yang mudah disukai, mudah diterima, dan membuat manusia simpatik. Sebaliknya ujub’ merupakan sikap yang mudah menghilangkan simpatik bahkan menyakiti manusia.

Jika masyarakat biasa (‘awam) bersikap ‘ujub adalah hal yang buruk, maka orang ‘alim yang bersikap’ujub adalah lebih buruk. karena orang ‘alim adalah figur, panutan dan contoh bagi yang lain.

Menjadi seorang yang ‘alim tidaklah mudah, cobaan yang dihadapi sebesar apa yang ia ketahui. Jika ia adalah seorang ‘alim yang mendalami ilmunya lalu mengamalkannya sudah tentu ia akan ‘bersikap tawadlu’ dengan sendirinya. Karena tawadlu’ cerminan yang manandakan bahwa ia adalah seorang ‘alim.

Seorang ‘alim yang hanya sekedar tau tanpa berbuat ia seperti sebuah tulisan yang ditulis di atas kertas kosong lalu dicetak semakin banyak, hanya memberikan info tanpa ada ruh pengamalan di dalamnya. Padahal sebagaiaman disebutkan dalam hikam ‘athoiyyah :

لَا تَصْحَبْ مَنْ لَا يَنْهَضُكَ حَالُهُ وَلَا يَدُلُّكَ عَلَى اللهِ مَقَالُهُ
“Janganlah anda bersahabat dengan orang yang keadaannya (perbuatanya) tidak menggerakkan anda dan perkataannya yang tidak menunjukkan anda terhadap Allah”

Ada dua point penting yang terkandung dari hikmah tersebut: Pertama keadaan (perbuatan) dan ucapan di sini disebutkan secara bersamaan. Kedua, beliau memulai dengan penyebutan “keadaan (perbuatan)” baru setelahnya disebutkan ucapan atau perkataan.

Artinya seorang ‘alim bukan sekedar mampu berucap, tapi juga dapat mengamalkan apa yang ia ketahui baru setelahmya ia sampaikan kepada orang lain. Salah seorang penyair berkata dalam syairnya:

لَا تَنْهَ عَنْ خُلُقٍ وَتَأْتِيَ مِثْلَهُ # عَارٌ عَلَيْكَ إِذَا فَعَلْتَ عَظِيْمُ
“Jangan sesekali melarang suatu perbuatan sedangkan kamu melakukannya, maka hinalah bagimu jika kamu melakukanya”

Dua point di atas merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi seorang ‘alim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa menjadi seorang yang ‘alim tidak lah mudah atau “enak” seperti apa yang dikatakan oleh sebagian orang, karena melihat sisi duniawinya. Padahal ia bukan sebatas kedudukan di mata manusia, tapi ia adalah sebuah tanggung jawab yang akan dipertanggung jawabkan diakhirat nanti.

Apakah ilmu yang dimiliki akan menjadi penolong atau akan jadi malapetaka baginya. (wal iyadzu billah)
Evaluasi diri bagi setiap manusia adalah sebuah keharusan, agar dapat menjadi insan yang lebih baik. Eveluasi diri adalah solusi agar senatiasa tumbuh sikap tawadlu’ dalam diri kita, sehingga tidak akan mudah bersikap ‘ujub dan memandang rendah orang lain. Penulis : Ustad Ahmad Kholiluddin, S.H.I (Pengajar di Pondok Pesantren Al-Furkon Cimerak Kab. Pamgandaran)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here