Jumat, April 26, 2024
Beranda Penulis Dikirim oleh Redaksi Tadzkiroh

Redaksi Tadzkiroh

182 KIRIMAN 0 KOMENTAR

Ustad Hilman Ajak Masyarakat Tingkatkan Intensitas Berinteraksi dengan Al-Quran

TADZKIROH.COM, PANGANDARAN- Ustad Hilman Saepullah, M.Ag, Penyuluh Agama Islam Kec. Parigi Kab. Pangandaran mengajak semua masyarakat gemar membaca al-qur’an hal tersebut dikatakan saat memberikan ceramahnya di depan pegawai Kantor Kementerian Agama Kab. Pangandaran, Kamis (24/5/2019)

Menurutnya, ramadhan bulan Al-Qur’an bulan dimana diturunkannya Al-Qur’an, Oleh karena itu ramadhan merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan intensitas dalam berinteraksi dengan Al-Qur’ an

“Ulama sepakat bahwa Al-Qur’an diturunkan pada bulan ramdhan, sebagaimana dalam nas al-qur’an surat Al-Baqoroah ayat 185 yang ma’nanya pada ayat itu Allah SWT menyatakan bahwa pada bulan ramadhan itu diturunkannya (permulaan) Al-Qur’an.  Lalu, apakah Al Quran itu? Pada ayat tersebut  dijelaskan bahwa fungsi Al Quran adalah sebagai petunjuk bagi manusia, sebagi penjelasan dari petunjuk dan pembeda antara yang benar dan yang salah” kata Ustad Hilman yang saat ini menjabat Ketua MUI Kab. Pangandaran.

Lanjutnya, karena itu ramadhan merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan intensitas dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, sebab Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat kedua, dijelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi semua manusia.

“Al-Qur’an akan menjadi petunjuk manakala dibaca, dipahami dan diamalkan jadi model interaksi dengan Al-Qur’an yang pertama adalah kita membaca Al-Qur’an, kedua dipahami ma’nanya dan ketiga di amalkan. Dengan membacanya akan menjadikan hati tenang sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Al Ra’du disebutkan hati akan menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah” tuturnya

Jadi dengan berzkir, katanya hati akan menjadi tenang sedangkan diantara dzikir adalah membaca Al-Qur’an,

“Maka dengan membaca Al-Qur’an hati akan menjadikan tenang, karena Al-Qur’an merupakan obat dan rahmat, malah menurut Ibnu Katsir penyakit hati seperti kemunafikan, kemusyrikan dan sifat-sifat yang tidak baik.menurutnya bisa disembuhkan dengan membaca Al-Qur’an”

Ustad Hilman menambahkan, jadi keuntungan membaca Al-Qur’an yang pertama akan membuat hati kita tenang, dan menjadi petunjuk juga akan mendapatkan pahala sebagaimana dalam hadits Imam Tirmidzi disebutkan yang mananya barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka dia akan mendapatkan satu kebaikan dan satu kebaikan itu akan dilipat gandakan menjadi 10 pahala.

“Contohnya dalam surat Al-Baqoroh misalnya ayat pertama yang berbunyi Alif Lam Mim yang lafaznya ada tiga huruf, oleh karena itu ketika kita membacanya maka itu menjadi tiga hurup dan tiga kebaikan dikali sepuluh maka menjadi tiga puluh pahala kebaikan” terangnya.

Oleh karena itu menurutnya apabila membaca satu ayat ataupun semua ayat al-quran tentu pahala  kebaikan-kebaikan itu akan banyak sekali yang didapatkan apalagi di bulan yang mulia ini dimana semua aktivitas kebaikan dan ibadah akan dilipatgandakan oleh Allah SWT.

“Dalam hadits Ibnu khuzaimah dijelaskan melaksanakan ibadah suunah di bulan ramadhon setara dengan melaksanakan ibadah fardhu, dan melaksanakan ibadah fardu di  bulan Ramadhan setara 70 fardhu di luar bulan Ramadhan jadi membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan akan berlipat pahala.dan kelak akan mendapatkan syafaat nanti di akhirat sebagaima dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang ma’nanya dijelaskan bahwa kelak akan datang di Hari Kiamat memberi syafaat kepada orang yang membaca Al-Qur’an”

Diakhir Ustad Hilman mengumpamakan kata Nabi Muhammad orang muslim yang membaca Al-Qur’an baunya harum rasanya enak, orang muslim yang tidak membaca Al-Qur’an seperti  buah kurma rasanya enak tapi tidak ada harumnya, sementara orang munafik yang membaca Al-Qur’an kata Nabi seperti buah raihanah baunya harum rasanya pahit sedangkan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah hamdalah pahit dan tidak harum.

Namun dalam membaca al-qur’an perlu memahami ilmunya, dan yang tak kalah pentingnya lagi adalah memahami ma’nanya kandungan Al-Qur’an. (Andri Nazarudin)

Islam Mengajarkan Kedamaian dan Salam

Dani Ruhiyat Sidamulih

Dani Ruhiyat Sidamulih

Islam mengajarkan kepada kita tentang perdamaian dan kasih sayang dalam kehidupan sehari hari senantiasa mengamalkan sikap tawadhu, tutur kata dan sikap yang sopan dan santun, baik dengan ucapan maupun prilaku.

Seperti kata ucapan ‘SALAM’ dalam Islam, yang tidak asing bagi umat Islam untuk mengucapkannya yaitu Assalamualaikum yang artinya semoga damai dan sejahtera bersamamu.
Sedangkan secara etimologi pada Kamus Besar Bahasa Indonesia/ KBBI
makna damai  itu sendiri, bermakna tidak ada perang, tidak ada kerusuhan dan aman.

Terkait dengan Salam, sebagaimana  Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al Anfal ayat 61yang mananya jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dalam konteks ayat tersebut begitu komprehenshifnya Islam menunjukan pada ajaran kedamaian, bukan untuk memecah belah umat, dan membuat konflik yang berkepanjangan. Seruan kedamaian dalam ayat tersebut, merupakan bukti kita sebagai manusia  ciptaan Allah SWT senantiasa taat dan patuh akan ajarannya melalui ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Oleh karena itu dalam problematika kehidupan yang beragam perbedaan latar belakang ras, suku, agama, budaya, politik, berbeda pandangan maupun argumentasi, akan terasa sejuk bila kita senantiasa menjaga kedamaian sehingga tumbuh rasa toleransi, kebersamaan dan saling menghargai perbedan itu sendiri.

Begitupun dalam kehidupan sesama muslim ucapan salam senantiasa tidak ditinggalkan dalam kehidupan sehari hari. Sebagaimana Rosululloh bersabda dalam sebuah hadist:

« حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ ». قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ ».

“Hak muslim pada muslim yang lain ada enam.” Lalu ada yang menanyakan, ”Apa saja keenam hal itu?” Lantas beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam padanya, (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya, (3) Apabila engkau dimintai nasehat, berilah nasehat padanya, (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’), (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia, dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim no. 2162).

Jika  melihat dari hadits di atas, dalam poin satu, akan terlihat perintah untuk memulai mengucapkan salam ketika bertemu saudara muslim kita yang lain baik yang kita kenal maupun tidak kenal, maka akan tumbuh ukhuwah Islamiyah.

Untuk itu makna “Damai dan Salam” menjadi solusi dan barometer untuk menjaga ketentraman lahir batin, baik antara individu dengan individu, masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dani Ruhiyat, S.H.I. (Penyuluh PAI NON PNS Kec. Sidamulih)

Menyatukan Generasi Milenial Ala Komunitas PAGMA


TADZKIROH.COM, PANGANDARAN- Komunitas Pencari Inspirasi Paguyuban Generasi Muda (KOPI PAGMA) di Kalipucang, Kab. Pangandaran secara rutin melakukan pembinaan kesetiap generasi muda berbasis komunitas dengan media kopi, hal tersebut bertujuan sebagai sarana kajian diskusi keislaman.

Kegitan yang diikuti 25 s.d 50 generasi muda, hadir dengan kesadaran masing-masing. Penggagas KOPI PAGMA, Anwar Hidayat, S.Fil, MM, menjelaskan diskusi kajian dengan media Kopi sangatlah efektif mendongkrak kesadaran akan pentingnya peningkatan pengetahuan kualitas keagamaan dan pemahaman keislaman di kalangan milenial.

“Tujuan pembinaan metode ini adalah peningkatan kualitas keilmuan agama Islam pada individu supaya muncul peningkatan pengamalan dan terhindar dari pemahaman radikalisme yang menyesatkan. Kedepan komunitas ini akan roafshow ke tempat-tempat wisata di Pangandaran untuk melakukan kajian di tempat terbuka” ungkapnya saat ditemui , Selasa (21/5/2019).

Pembinaan yang dilakukan adalah diskusi dan kajian santai tentang ilmu aqidah islamiyah yang dikemas dalam bahasa sederhana dan dikuatkan dengan dialog interaktif.

“Setiap pertemuan harus ada seduhan Kopi sebagai syarat keakraban kehangatan suasana. Acara dimulai bada isya sampai jam 23.00, sesekali diselingi oleh musik akuistik atau hadroh”

Kopi Pagma yang diinisiasi oleh Anwar Hidayat, S.Fil, MM, Penyuluh Agama Islam Non PNS Kec. Kalipucang berhasil melakukan pembinaan terhadap generasi muda berbasis komunitas seperti Brigez, XTC, Orion, komunitas rokok herbal, dan OKP lain dengan diskusi santai setiap malam kamis bada tarawih di bulan suci Ramadhan.

Anwar meyebut kegitan seperti ini akan terus dilakukan rutin supaya bisa menopang kondusifitas dan mengurangi dampak sosial yang buruk di kabupaten pangandaran.

Program tersebut di apresiasi Kementerian Agama Kabupaten Pangandaran, Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam, H. Nana Supriatna,

“Saya apresiasi dan menyambut baik kehadiran KOPI PAGMA di Pangandaran, ini merupakanan bentuk inovasi dan media untuk memberikan kesadaran kepada generasi milenial dalam bentuk apapun asal menuju aspek-aspek dan nilai-nilai positif dan itu harus dilakukan dengan metode atau cara,” katanya.

Mwnueut H. Nana, setiap komunitas memiliki karakter masing-masing, tapi kalau urusan agama karakter itu disesuaikan dengan kepentingan ke agaman, bagaimana agar mereka taat beribadah dan hal lain yang berkaitan dengan tuntunan beragama

“Saya berharap KOPI PAGMA terus konsisten dan istiqomah tidak hanya kepada isu-isu temporer, tapi menjadi sebuah kegiatan yang terus secara berkelanjutan. Itu bagian dari kreativitas dari penyuluh agama yang perlu terus digalakkan kalau perlu terus ditularkan kepada penyuluh yang lain,” harapnya

Selanjutnya menueut, H. Nana “Kementerian Agama selalu berupaya melakukan pembinaan dan peningkatan kulitas SDM sesuai dengan tahapan pembinaan, kita ada tahapan tahapan pembinaan secara normatif bagi penyuluh agama untuk meningkatkan kompetensi, secara rata-rata kompetensi penyuluh sudah bagus, tapi yang punya nilai kreatif dan inovasi ini yang perlu digali dan itu bisa menjadikan ciri khusus,” terangnya. (Andri Nazarudin)

#anwarhidayat #sosokinspirasi

Berbagi Takjil, Energi Menumbuhkan Ekspektasi Kebersamaan Umat

Dani Ruhiyat Sidamulih

Ifthar atau berbuka Puasa merupakan momentum kegiatan Umat Islam berbuka puasa di Bulan Ramadhan. Hal tersebut, Menumbuhkan sikap nilai-nilai insaniyah dan Keteladaan/ber-Akhlaqul Karimah dengan sesama, sehingga bulan Puasa dijadikan salah satu ladang amaliyah yaitu dengan berbagi Takjil, karena esensi Takjil itu sendiri dapat mewujudkan solidaritas Umat dalam berbagi kasih sayang, tolong menolong dan kebersamaan.

Apapun itu yang diberikan sesuai kadar kemampuan masing-masing. Beragam menu sajian Takjil buka puasa dilakukan diberbagai tempat. Islam sendiri menganjurkan kita untuk berbagi takjil baik makanan maupun minuman. Hal ini merupakan salah satu bentuk kebaikan terhadap orang-orang yang berpuasa.

Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda : yang diriwayatkan Imam Ahmad

Artinya: ‘Siapa yang berbagi takjil kepada orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan pahala puasa tanpa mengurangi pahala puasa orang yang ditraktir takjil.’ (HR. Ahmad: 4/114, dan disahihkan oleh Turmudzi: 807).

Bukan hal demontrasi atau aksi yang dilakukan dijalanan tanpa nilai ibadah, harapannya tumbuh nilai-nilai kebersamaan dengan masyarakat, rasa peduli kepada sesama dan ukhuwah semakin terjalin.

Tidak hanya di bulan Ramadhan segala kebaikan dilakukan tetapi di bulan lain juga harus lebih meningkatkan amaliyah sebagai manifestasi di bulan-bulan yang akan datang.
Wallahu a’lam

Dani Ruhiyat Sidamulih

Penulis : Dani Ruhiyat, S.H.I. (Penyuluh Agama Islam Non Pns Kec idamulih)

Pemimpin Keluarga Sakinah

Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap permasalahan keluarga. Allah SWT berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚإِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ.

Artinya:Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum: 21)

Kita harus belajar dari sejarah para nabi bagaimana kepala keluarga adalah kunci untuk membangun keluarga yang sakinah karena kepala keluarga adalah pemimpin unit terkecil.Ini dicontohkan oleh teladan keluarga Rasulullah SAW dengan Sayyidatina Khadijah, dan keluarga Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah Az-Zahra. Jika seorang kepala keluarga berhasil memberikan kesakinahan (kebahagiaan) kepada keluarganya, dia akan mampu memimpin unit yang lebih besar. Dia bisa memimpin warga, masyarakat, bahkan bangsanya.

Keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah adalah perintah Allah yang juga diberikan kepada keluarga untuk diwujudkan bersama. Dengan adanya keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah hal ini akan mampu membantu misi dan tujuan dalam keluarga yang islami bisa terwujud.

Menunjang Misi Kekhalifahan Manusia di Muka Bumi

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku” (QS Adzariyat : 56)

Manusia diciptakan oleh Allah di muka bumi semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Dengan adanya keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah maka tujuan beribadah kepada Allah sebagai satu-satunya Illah mampu dibentuk, dikondisikan, dan saling didukung dari keluarga. Keluarga sakinah mawaddah dan rahmah anggotanya, baik suami, istri, dan anak-anak akan saling mengarahkan untuk menjalankan misi ibadah kepada Allah. Keluarga sakinah mawaddah rahmah bukan hanya cinta manusia belaka, namun lebih jauh cinta kepada keillahiahan.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. . . . ” (QS Al-Baqarah : 30)

Allah pun menciptakan manusia untuk menjadi khalifah fil ard. Khalifah fil ard artinya adalah manusia melaksanakan pembangunan dan memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk kemakmuran di muka bumi lewat jalan apapun. Bisa menjadi ibu rumah tangga, profesi, memberdayakan ummat, dsb.

Dengan adanya keluarga sakinah yang penuh cinta dan rahmah, maka misi kekhalifahan ini bisa dilakukan dengan penuh semangat, dukungan dan juga saling membantu untuk menutupi kekurangan. Adanya profesi atau karir dari masing-masing suami, istri justru bukan malah menjauh dan saling tidak bertatap wajah. Adanya hal tersebut justru membuat mereka saling mendukung agar masing-masing juga banyak berkarya untuk agama dan bangsa, karena keluarga bagian dari pembangunan ummat.

Menjadi Ladang Ibadah dan Beramal Shalih

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS : At Tahrim: 6)

Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Artinya, untuk menjauhi api neraka manusia diperintahkan untuk memperbanyak ibadah dan amalan yang shaleh. Hal ini belum tentu mudah jika dijalankan sendirian. Untuk itu, adanya keluarga yang baik dan sesuai harapan Allah tentunya keluarga pun bisa menjadi ladang ibadah dan amal shalih karena banyak yang bisa dilakukan dalam sebuah keluarga.

Seorang ayah yang bekerja mencari nafkah halal demi menghidupi keluarga dan anak anaknya tentu menjadi pahala dan amal ibadah sendiri dalam keluarga. Begitupun seorang ibu yang mengurus rumah tangga atau membantu suami untuk menghidupi keluarga adalah ladang ibadah dan amal shalih tersendiri

Kalau kita menengok para pemimpin negeri kita, semuanya adalah keluarga sakinah yang diberkahi oleh Allah. Oleh karenanya, jika kita akan memilih pemimpin, lihatlah keluarganya, dan pilihlah yang keluarganya sakinah, mawahdah, warohmah. Kalau memimpin unit terkecil saja gagal, bagaimana akan memimpin bangsa yang besar.

PENULIS  : UST. ABDUL ROJAK, S.PDI (PENYULUH AGAMA ISLAM NON PNS KAB. PANGANDARAN)

Islam Mengutamakan Kerukunan

Istilah kerukunan umat beragama identik dengan istilah toleransi. Istilah toleransi menunjukkan pada arti saling memahami, saling mengerti, dan saling membuka diri dalam bingkai persaudaraan. Bila pemaknaan ini dijadikan pegangan, maka ”toleransi” dan “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat manusia. Dalam konteks ke-Indonesiaa, kerukunan beragama berarti kebersamaan antara umat beragama dengan Pemerintah dalam rangka suksesnya pembangunan nasional dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ajaran Islam mengungkapkan hidup damai, rukun dan toleran. Kerukunan umat beragama adalah kondisi dimana antar umat beragama dapat saling menerima, saling menghormati keyakinan masing-masing, saling tolong menolong, dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam konteks ke-Indonesiaa, kerukunan beragama berarti kebersamaan antara umat beragama dengan pemerintah dalam rangka suksesnya pembangunan nasional dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Islam menganjurkan untuk menyikapi kenyataan keberagaman dengan meningkatkan sikap toleran, saling menghargai dan menghormati dengan penuh sikap kedewasaan. Serta meningkatkan kerjasama dalam hal-hal yang menjadi tujuan bersama, tanpa harus saling mencurigai.

لَّا يَنْهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمْ يُقَٰتِلُوكُمْ فِى ٱلدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوٓا۟ إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُقْسِطِينَ

Artinya:  “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil“. (QS. Al-Mumtahanah: 8)

إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

artinya : “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Mumtahanah: 9)

Allah memerintahkan berlaku adil dan membiarkan umat Islam bergaul dengan yang berbeda golongan selama mereka belaku baik. Ini menunjukkan bahwa sejatinya Islam lebih mengedepankan persaudaraan.Oleh karenanya, jangan terpengaruh dengan orang-orang yang suka mengajak kita untuk memusuhi orang karena berbeda agama apalagi yang seagama dengan kita. Hanya karena kita tidak suka dengan satu sosok, kita mengabaikan perintah Tuhan.Fenomena keberagaman yang ada di Indonesia bukanlah merupakan hal yang mengejutkan. Dalam konteks bangsa dan negara, Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keragaman, mulai dari keberagaman suku bangsa, bahasa, budaya, adat-istiadat, hingga keragaman agama dan keyakinan masyarakatnya. Dalam melihat keberagaman ini para pendiri bangsa, termasuk para alim-ulama di antaranya telah dengan berbesar hati dan bersepakat untuk menerima konsep negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45.

Para ulama Nahdhiyin, mereka ulama yang arif dan bijaksana dan berpandangan luas kedepan mengedepankan kaidah :

دَفْعُ المَفَاسِدِ مُقَدَمٌ عَلَى جَلْبِ المَصَالِحِ

Artinya : “menolak kemadharatan itu akan lebih didahulukan dari pada mendatangkan kemaslahatan”.

Menjaga persatuan dan kesatuan dibawah naungan NKRI lebih di utamakan dari pada mengedepankan egoisme sendiri yang akan melahirkan perpecahan di negara Indonesia.

PENULIS  : UST. ABDUL ROJAK, S.PDI (PENYULUH AGAMA ISLAM NON PNS KAB. PANGANDARAN)

Islam Anti Kekerasan

Islam adalah agama yang diturunkan Tuhan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Pesan kerahmatan dalam Islam benar-benar tersebar dalam teks-teks Islam baik al Qur-an maupun hadits. Kata Rahmah, Rahman, Rahim dan derivasinya disebut berulang-ulang dalam jumlah yang begitu besar. Jumlahnya lebih dari 90 ayat. Makna genuinnya adalah kasih dan sayang.

Dalam sebuah hadits Qudsi Tuhan menyatakan : “Ana Al-Rahman. Ana al-Rahim” (Aku Sang Maha Kasih. Aku Sang Maha Sayang).

Sumber Islam paling otoritatif tersebut dengan sangat tegas menyebutkan bahwa agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah agama “rahmatan li al ‘alamin” :

وَمَا اَرْسَلْنَاكَ اِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ

“Aku tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai (penyebar) kasih sayang bagi semesta” (Q.S. al-Anbiya, 107).

Fungsi kerahmatan ini dielaborasi oleh Nabi dengan pernyatannya yang terang benderang: :”bu’itstu li utammima makarim al akhlaq” (Aku diutus Tuhan untuk menyelenggarakan pembentukan moralitas kemanusiaan yang luhur).  Atas dasar inilah Nabi Muhammad saw selalu menolak secara tegas cara-cara kekerasan dan sekaligus tidak pernah melakukannya. Nabi Muhammad Saw. mengatakan :

مَا بُعِثْتُ لِعَانًا وَاِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً

“Aku tidak diutus sebagai pengutuk melainkan sebagai rahmat bagi semesta”.

Nabi Muhammad SAW selalu menolak secara tegas cara-cara kekerasan dan sekaligus tidak pernah melakukannya dalam berdakwah.

Tuhan telah memberikan kesaksian sekaligus merestui cara-cara atau metode penyebaran Islam yang dijalankan Nabi Saw tersebut sambil menganjurkan agar dia meneruskannya:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ. وَلَوْ كُنْتَ فَظًا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَاْ نْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ. فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاْوِرْهُمْ فِى اْلاَمْرِ

“Maka disebabkan rahmat (kasih sayang) Tuhanlah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, niscaya mereka menjauhkan diri dari sekitarmu, maka maafkanlah mereka dan mohonkan ampunan bagi mereka dan bermusyawaralah dengan mereka dalam segala urusan”.(Q.S. Ali Imran, 3 :159).

Ayat Tuhan di atas dengan sangat jelas dan lugas bahwa Tuhanlah yang menganugerahkan kepada Nabi sifat dan karakter kasih dan sayang itu, sekaligus menegaskan bahwa metode mengajak orang lain kepada Islam dengan cara kasar dan kekerasan, justeru tidak menghasilkan apa-apa, bahkan kegagalan. Tuhan juga memberikan jalan lain; dialog dan bermusyawarah untuk menyelesaikan atau jalan keluar bagi segala konflik dan ketegangan antar warga masyarakat.Sungguh telah salah sebagian orang-orang Islam yang menampakkan Islam sebagai agama yang kasar, kejam, intoleran, dan gemar menebar teror kemana-mana. Mereka membawa label-label Islam (pembela, pengawal fatwa, pendukung capres tertentu).Mereka pada hakikatnya jauh dari petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadits, serta jauh dari pengamalan As-Salafus Sholeh dalam membumikan makna Islam yang sesungguhnya.

Pernyataan ini tentu saja seharusnya menginspirasi kita untuk melakukan langkah-langkah atas kehendak Islam universal itu. Yakni mewujudkan sebuah tatanan kehidupan manusia yang didasarkan pada pengakuan atas kesederajatan manusia di hadapan hukum, penghormatan atas martabat, persaudaraan, penegakan keadilan, pengakuan atas pikiran dan kehendak orang lain, dialog secara santun serta kerjasama saling mendukung untuk sebuah perwujudan kehendak-kehendak bersama. Ini adalah pilar-pilar kehidupan bersama yang selalu dirindukan oleh setiap manusia di manapun dan kapanpun, tanpa harus mempertimbangkan asal usul tempat kelahiran, warna kulit, bahasa, jenis kelamin, keturunan, keyakinan agama dan sebagainya.

Pilar-pilar ini dikemukakan dengan sangat jelas dalam al Qur-an pada banyak ayat dan dalam banyak tafsir otoritatifnya : Hadits Nabi saw. Dari Al-Qur’an, antara lain adalah :

يَا اَيُهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِىْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ, وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَّثِيْرًا وَّنِسَاءً, وَاتَّقُوْا اللهَ الَّذِى تَسَائَلُوْنَ بِهِ وَالْاَرْحَامَ. إِنَّ اللهَ كَاْنَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

“Wahai manusia bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari satu entitas unsur (nafs wahidah) dan dari situ Dia ciptakan pasangannya dan dari keduanya berkembang manusia laki-laki dan perempuan dalam jumlah banyak. Dan bertaqwalah kepada Tuhan Allah yang dengannya kamu saling berkomunikasi dan saling menjalin persaudaraan sedarah”.(Q.S. al Nisa, 1).

Ayat lain :

يَا اَيُّهَا النَّاسُ, إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْا . إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ اَتْقَاكُمْ

“Wahai manusia, Kami jadikan kamu dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling memahami (sebenar-benarnya). Sesungguhnya manusia yang paling terhormat adalah dia yang paling dekat dengan Tuhan”.(Q.S. Al Hujurat 13).

Pada ayat al Qur-an yang lain kita menemukan sebuah pernyataan Tuhan yang lain tentang misi kenabian Muhammad saw. : “dia mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju dunia yang bercahaya”(yukhrijuhum min al zhulumat ila al nur). Ini sama artinya dengan mengatakan bahwa tugas Nabi Muhammad adalah membebaskan manusia dari ketertindasan sistem sosial, budaya politik dan ekonomi dan menciptakan sistem sosial yang bebas, berkeadilan, berkesetaraan dan dalam persaudaraan kemanusiaan. Nabi Muhammad saw pernah menyatakan :

اَلنَّاسُ سَوَاسِيَةٌ كَأَسْنَانِ الْمُشِطِ. لاَ فَضْلَ لِعَرَبِى عَلَى عَجَمِى اِلَّا بِالتَّقْوَىْ

“Manusia adalah sederajat (setara) bagaikan gigi-gigi sisir. Tidak ada keistimewaan antara manusia Arab dari manusia non Arab kecuali karena ketakwaannya”.

اِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ اِلَى صُوَرِكُمْ وَلَا اِلَى اَجْسَامِكُمْ اِلاَّ بِالتَّقْوَىْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan tubuhmu melainkan kepada hati dan perbuatanmu”.

Nabi kaum muslimin dalam banyak kesempatan bahkan pada beberapa hari sebelum meninggalnya, juga menyampaikan pernyataan ini :

يَا اَيُّهَا النَّاسُ , إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَاَمْوَالَكُمْ وَاَعْرَاضَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ

“Wahai manusia, sungguh, darahmu, hartamu dan kehormatan (martabat) mu adalah suci, terhormat”.

Siapapun yang membaca dengan pikiran cerdas pernyataan-pernyataan teologis di atas niscaya akan dapat menyimpulkan dengan tanpa ragu bahwa teks-teks suci kaum muslimin ini adalah bukti paling nyata dari missi dan doktrin kemanusiaan Islam.

Penulis  : Ust. Abdul Rojak, S.PdI (Penyuluh Agama Islam Non Pns Kab. Pangandaran)

Catat, Ini Besaran Zakat Fitrah Tahun 2019 di Kab. Pangandaran

TADZKIROH.COM, PANGANDARAN- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Pangandaran, telah menetapkan besaran zakat fitrah tahun 1440H/2019M ini sebesar 25 ribu per jiwanya.

Hal tersebut berdasarkan hasil keputusan rapat Baznas Kab. Pangandaran bersama UPZ Kecamatan, MUI Kecamatan, unsur Kemenag, dan Pemerintah Daerah selasa kemarin, Jadi, besaran Rp 25 ribu per jiwa merujuk pada kesepakatan bersama yang telah disesuaikan dengan kondisi masyarakat di Pangandaran.

“Berdasarkan pertimbangan estimasi harga beras pada waktu lebaran yang sumbernya dari Kementerian Perdagangan” kata Mas’ud salah satu Komisioner Baznas Kab. Pangandaran saat dikomfirmasi lewat telepon, Selasa (21/5/2019).

Dari hasil pembahasan itulah, maka besaran zakat fitrah di Kab. Pangandaran bila menggunakan beras, jumlahnya 2,5 kilogram. Dengan asumsi harga berasnya, yaitu Rp 10.000 per kilogram, sehingga, jika disetarakan dengan rupiah, besarannya mencapai Rp 25 ribu per jiwanya.

Dengan adanya keputusan besaran zakat fitrah ini, lanjut Mas’ud, berharap masyarakat menyalurkan zakatnya harus kepada Amilin sesuai dengan regulasi dan syariat islam.

“Depinisi amilin itu artinya sebagaimana regulasi yang sekarang adalah yang dapat surat keputusan (SK) dari Badan Amil Zakat, diluar itu bukan amilin sebab nanti pertanggungjawaban dan pendiatribusiannya bagaimana seperti apa, kan ada 8 asnap, jadi bukan masalah sah atau tidanya memberikan zakat ke tokoh agama misalnya, kalau menurut fiqih itu sah-sah saja namun konsekuensi itu menjadi madharat” jelasnya.

Masud menambahkan, sebagai ibadah amaliyan ijtimaiyah pendistribusian dan penyaluran juga perlu di manaje supaya terkontrol seberapa jauh kesadaran umat termasuk barometer kesadaran dan kemampuan. (Andri Nazarudin)

Fitnah dalam Islam Oleh Ustaz Abdul Rozak

Secara devinisi Fitnah adalah menyebarkan kebohongan dan menuduh seseorang dengan kebohongan (isu yang tidak benar). Dalam Al-Qur’an fitnah mengandung banyak arti, diantaranya adalah menurut pembahasan ayat surat At-Taubah ayat 47.

لَوْ خَرَجُوا فِيكُمْ مَا زَادُوكُمْ إِلَّا خَبَالًا وَلَأَوْضَعُوا خِلَالَكُمْ يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ

Artinya :“Jika mereka berangkat bersama-sama kalian, niscaya mereka tidak menambah kalian selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisan kalian, untuk mengadakan perselisihan di antara kalian” (At-Taubah: 47)

Maksud dari {يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ}adalah mereka menjerumuskan kalian ke dalam perselisihan diantara kalian.Lalau bagaimana prang-orang yang meyebarkan fitnah dalam presfektif islam hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 83 Allah menyatakan bahwa penyebar berita bohong (hoax) adalah perbuatan orang-orang munafiq.

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا

Artinya : “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).”

Diantara fitnah yang disebarkan oleh orang-orang munafiq, menggosipkan istri Rasul Siti A’isyah RA dengan Shofwan bin Muathal sehingga terkenal dengan istilah Haditsul Ifqi.

Dalam sejarah kita mengenal dengan perang Uhud yang terjadi pada tahun ke 3 Hijriyah, umat Islam mengalami kekalahan bahkan Rosulpun di kabarkan gugur karena fitnah yang disebar luaskan oleh orang-orang munafiq dibawah pimpinan Abdulah bin Ubay bin Salul.

Itu menyatakan bahwa hanya orang-orang munafiqlah yang selalu menyebarkat fitnah untuk memcah belah persatuan umat Islam.Allah SWT telah memberikan peringatan yang sangat keras terhadap akibat fitnah dalam Quran Surat Al-Baqarah, ayat 191, Allah berfirman bahwa

وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ

Dan fitnah itu lebih keji (lebih besar bahayanya)daripada pembunuhan

Begitu pula dalam ayat yang lain di katakan :

اَلاَ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الكَاذِبِيْنَ       

Artinya : “ingatlah laknat Allah akan ditimpakan atas orang-orang yang berbuat dusta”Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ(وفى رواية لمسلم: إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ) حَتَّى يَكُوْنَ صِدِّيْقًا. وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُوْرِ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ(وفى رواية لمسلم: وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ) حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّاباً. رواه البخاري ومسلم

Artinya :”Sesungguhnya kejujuran akan membimbing menuju kebaikan, dan kebaikan akan membimbing menuju surga. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha untuk jujur, sampai akhirnya ia menjadi orang yang benar-benar jujur. Dan sesungguhnya kedustaan akan membimbing menuju kejahatan, dan kejahatan akan membimbing menuju neraka. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha untuk dusta, sampai akhirnya ia benar-benar tertetapkan di sisi Allâh sebagai pendusta”. [HR. Bukhari dan Muslim. Lafal di atas adalah lafal Bukhari]

Setiap pemimpin pasti mengalami fitnah. Semakin hebat pemimpin, semakin besar fitnahnya. Di zaman Nabi Muhammad, beliau difitnah sebagai orang gila dan nabi palsu. Di masa sekarang, Presiden Jokowi difitnah PKI dan anti Islam. Lebih parahnya beliau dicap anti Ulama. Padahal, yang merangkul ulama menjadi wakil presiden siapa?.

Fitnah diposisikan lebih keji daripada pembunuhan, karena fitnah mengandung daya rusak yang berantai: mengandung kebohongan, menjatuhkan martabat korban difitnah dan keluarganya, dan mengandung character assasination (pembunuhan karakter), yang akibatnya bisa ditanggung sampai mati

Penulis : Abdul Rozak, S.Pd.I (Tokoh Agama dan Penyuluh Agama Islam Non PNS Kec. Padaherang Kab. Pangandaran)

Ramadhan, Semangat Kebersamaan dan Bangkitkan Ukhuwah

Semangat kebersamaan antara pemerintah dan Ormas Ormas Islam telah dibangun bersama, hal ini terlihat dari Sidang Isbat pada Minggu sore, 5 Mei 2019 yang menetapkan bahwa 1 Ramadhan 1440 H, jatuh pada Senin 6 Mei 2019. Penetapaan sidang isbat itu merupakan kabar gembira bagi seluruh umat Islam Indonesia,

Kebersamaan yang terjalin ini tentu akan berdampak positif kepada masyakat dalam upaya menciptakan kerukunan untuk saling menghormati, menghargai atas segala bentuk perbedaan agar menjadi rahmat.

Sanjungan dan pujian datangnya bulan Suci Ramadhan menjadi titik awal untuk introspeksi diri/ muhasabah insaniyah. Berbagai ikhtiar, gerak ragawi dan ruhani mendekatkan diri (taqorrub) kepada Allah SWT selama 11 bulan menjadi bekal guna menyongsong jamuan istimewa di bulan Suci Ramadhan. Berbagai keistimewaan akan Allah SWT suguhkan berupa amal kebajikan dilipatgandakan, media penebus dosa, dan pensucian jiwa (tazkiyatun nafs), bahkan merasa bangga, senang dan gembira akan memasuki bulan Suci Ramadhan, menjadi tiket untuk mendapat keberkahan, rahmat dan ampunan yang luar biasa dari Allah SWT.

Sejak bulan Rajab dan Syaban kita terus melantunkan doa-doa agar Allah SWT mempertemukan dan memberi usia yang panjang untuk sampai pada bulan Suci Ramadhan, sebagai bukti kerinduan akan keberkahan dan keagungannya “Allaahumma baariklanaa fii Rajaba wa Sya’baana wa ballighna Ramadhana.” Yang artinya: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban ini, dan sampaikanlah umur kami bertemu Ramadhan.

Kita bersyukur atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, karena doa dan permohonan agar sampai pada bulan Suci Ramadhan telah Allah SWT qobul. Wujud rasa syukur tersebut sepatutnyalah kita laksanakan dengan melaksanakan shoum Ramadhan dengan penuh keimanan dan ikhlas, dilengkapi dengan amalan-amalan sunnah lainnya.

Berbagai implikasi ragawi, ruhani dan sosial akan kita alami bersama, karena Ramadhan merupakan penghulu dari segala bulan (sayyidusyhur), di dalamnya terkandung limpahan keutamaan yang tidak ditemukan pada bulan-bulan lain. Kedalaman keutamaan sebagai bulan pendidikan guna mentrasformasi proses pendidikan dan pembelajaran serta media untuk memperbaiki diri dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Sebagai mana Pesan yang tertuang dalam kitab karya Syaikh Raghib As-Sirjani ‘Ramadhan wa Bina’ul Ummah’ bahwa kandungan nilai-nilai pendidikan dan pengajaran (durusuttarbiyah wata’lim) Ramadhan sebagai media efektif untuk mendekatkan diri (taqarrub ilallah). La’allakum tattaquun

Implikasi lain yang terkandung dalam kedalaman Shoum Ramadhan, mendorong manusia untuk berbuat : jujur, kasih sayang, toleran, solider, sportif, tidak arogan, tidak menimbulkan kerusakan. Lebih dalam lagi akan menggentarkan jiwa menjadi orang yang berarti melakukan perubahan dengan prestasi dan tebaran kasih sayang, dan efeknya akan berdampak pada peningkatan kualitas penghayatan individu terhadap universalitas nilai-nilai kemanusiaan.

Kita berdoa dan memohon ampunan atas segala dosa dan kekhilapan selama ini, dan mudah-mudah keutamaan dan kedalaman Shaum Ramadhan akan berdampak terhadap perubahan karakter kita menuju karakter ilahiyyah. Sewajarnya kita merasa khawatir jangan-jangan ibadah shaum kita sesuai dengan sinyalemen dari Rasulullah SAW ”tidak sedikit orang yang berpuasa tidak mendapatkan nilai puasa (pahalanya) kecuali rasa lapar dan haus.

Kita berharap Ramadhan tahun ini akan lebih banyak memberi warna kebaikan dalam kehidupan, melahirkan kepekaan terhadap nurani dan menyentuh sikap kepedulian kepada orang yang kurang beruntung (kaum dhuafa). Jadikan ramadhan sebagai momentum kebersamaan untuk saling mendoakan dan mendukung pembangunan bangsa yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur, dan momentum untuk mengembalikan kembali kebersamaan dengan anak dan istri tercinta, menuju rumah tangga sakinah mawaddah warahmah.aaminn

Penulis : Dr. H. Cece Hidayat, M.Si Kepala Kantor Kementerian Agama KabupatenPangandaran